SOMBONG, adalah awal dari sebuah kehancuran.
Begitulah pepatah bilang. Andaikan saja setiap orang bisa mengendalikan dengan
baik semua tingkah lakunya, Insya Alloh tidak mustahil setiap orang bisa meraih
kesuksesan hidup mereka. Ketika seseorang bersikap sombong sesungguhnya mereka
sedang melakukan sebuah perbuatan yang menghancurkan image dan diri mereka
sendiri. Betapa tidak, ketika kita bergaul dengan orang lain pernahkah kita
merasakan ada sebuah kecongkakan yang ditimbulkan dari lawan bicara yang sedang
kita hadapi? Bukannya orang sekitar suka kepadanya malah mereka menjadi enggan
bergaul dengan nya karena kecongkakan yang ia lakukan. Secara alamiah, semua
orang pasti tidak suka jika dirinya di bohongi. Itulah yang sedang di perbuat
oleh orang yang sombong.
Mungkin kita bisa sedikit belajar dari cerita tentang seekor katak yang ingin berusaha menunjukkan kepandaiannya kepada dunia, yang justru berujung maut karena kecongkakannya tersebut.
Mungkin kita bisa sedikit belajar dari cerita tentang seekor katak yang ingin berusaha menunjukkan kepandaiannya kepada dunia, yang justru berujung maut karena kecongkakannya tersebut.
Tiga binatang adalah teman sekarib; dua ekor
elang yang besar perkasa dan seekor katak mungil. Sesungguhnya seekor katak
merupakan santapan lezat sang elang. Namun bukan mustahil sesuatu yang luar
biasa bias terjadi. Dan itu mungkin yang disebut sebagai keajaiban. Ketika sang
rajawali hinggap dipinggir sebuah kubangan, mereka menemukan seekor katak,
walau kecil namun menarik dan mampu meluluh-lantakan ketamakan hati kedua elang
itu. Perlahan mereka bersahabat, ada kasih, ada cinta, ada sayang yang terjalin
di antara mereka.
Perlahan musimpun kini beralih. Belahan bumi
bagian utara tempat di mana ketiga sekawan itu hidup kini perlahan dingin. Dan
di awal musim dingin kawanan burung akan hijrah, terbang jauh ke belahan
selatan yang lebih hangat. Kedua elangpun akan melakukan perjalanan yang sama,
meninggalkan arus dingin yang bakal tiba dalam beberapa hari.
Sebuah perpisahan adalah saat yang sedih. Ada
kesedihan bercokol dalam di dasar sanubari. Ada ratap tangis, ada air mata, ada
kepedihan. Mereka tak meratapi perpisahan ini, tetapi menangisi saat pertemuan
dulu. Mengapa hal itu terjadi? Mengapa mereka dulu pernah bertemu dan saling
menjalin cinta? Namun menangisi masa silam sama halnya dengan kehampaan. Mereka
harus melihat kenyataan saat kini.
"Seandainya engkau bisa terbang tinggi di
angkasa raya..." demikian sang elang berkata-kata, "maka kita tak
akan harus berpisah!" Sang katak yang kerdil kini berpikir keras mencari
jalan, dan akhirnya muncul dengan sebuah gagasan gemilang. Ia membawa sebuah
tongkat. Dengan paruhnya masing-masing kedua elang itu memegang kedua ujung
tongkat, dan sang katak dengan mulutnya memegang erat di bagian tengah tongkat
itu. Maka terjadilah... Ketiga binatang itu bersama-sama terbang riang di
angkasa biru.
Semua binatang lain mengangkat wajah melihat
keajaiban di atas sana. "Oh...Betapa hebatnya. Katakpun bisa terbang
tinggi. Seandainya aku bisa terbang di langit biru." Demikian mereka
berdecak kagum. Mendengar decakan kagum itu sang katak menjadi sangat bangga.
Dalam hatinya ia tak henti-hentinya berkata pada dirinya sendiri, "Kalau
bukan karena kepintaranku maka keajaiban ini tak akan pernah terjadi."
Tak lama berselang sebuah suara teriakan nyaring
terdengar di telinga sang katak; "Wah...! Siapakah yang sedemikian
pintarnya menemukan cara gemilang ini sehingga sang katakpun bisa terbang
tinggi?"
Sang katak kini tak mampu menahan diri. Ia ingin
agar semua orang tahu bahwa hal ajaib ini terjadi karena kehebatannya. Karena
itu dengan sekuat tenaganya sang katak membuka mulut dan berteriak; "Ini
adalah hasil pikiran sa..." Sayang...seribu sayang! Sebelum ia mampu
menyelesaikan kata-katanya, ia telah terjerembab jatuh, badannya menghantam
wadas keras, dan seketika itu juga menjadi seonggok sampah tak bermakna.
Seandainya sang katak tak berkoar mewartakan
kebesaran dirinya sendiri, maka mereka akan bersama-sama tiba di dunia baru,
dunia yang penuh kehangatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar